Cerita Dewasa Dongeng Elf

Cerita Dewasa Dongeng Elf

Ini adalah cerita dewasa yang sarat akan fantasi. Met baca Cerita Dewasa Dongeng Elf ini bersama teman-temanmu sesama pecinta cerita dewasa.

 

Di sebuah planet kecil yang indah dan berjarak milyaran yard dari bumi, terdapat kehidupan segerombolan mahkluk hidup yang menyerupai manusia dengan telinga yang panjang meruncing ke atas, Elf namanya. Mereka terbagi dalam 2 kelompok, yakni, kelompok pekerja yang sehari-harinya hanya bekerja dan membangun segala fasilitas dalam planetnya, serta kelompok tentara yang berkewajiban menjaga stabilitas keamanan planet yang mereka namakan Elfmund Planet. Mereka hidup bersosialisasi dan damai tanpa pernah ada setetes darah pun yang tumpah akibat perpecahan atau konflik-konflik lainnya seperti mahkluk di bumi.

Meski planet mereka hanya berukuran seperempat dari ukuran bumi, namun mereka memiliki alam yang ga kalah indah dengan di bumi, bahkan bisa di bilang alam mereka adalah alam fantasi atau kaki surga, dimana terdapat banyak panorama yang menakjubkan, seperti pepohonan dengan ranting-ranting yang menjuntai ke tanah, lengkap dengan buah-buahan yang segar, air terjun raksasa dengan pelangi seribu warna-nya, pesisir pantai juga lautan yang mempesona, mereka semua memilikinya, bahkan di planet mereka terdapat sungai yang di aliri oleh susu dan khamr.

Di segi teknologi pun mereka ga kalah hebat dan canggih. Meski terbilang planet baru, teknologi mereka justru lebih mutakhir dengan teknologi yang di miliki manusia di bumi saat ini.

Namun uniknya, para Elf yang jumlahnya tak lebih dari seribu jiwa itu, mereka semua berjenis kelamin laki-laki kecuali sang ratu yang telah melahirkan mereka, Ratu Elfmund penghuni istana suci dan hanya elf-elf tertentu saja yang di ijinkan memasukinya. Para Elf yang seluruhnya di lahirkan dari satu betina (sang ratu) itu juga memiliki penis yang sama dengan manusia jantan di bumi, namun nasib penis-penis mereka tak sebaik nasib penis-penis manusia di bumi, karena selama ini mereka hanya melampiaskan nafsunya pada alat bantu sex yang di jual secara gelap oleh seorang elf yang menjuluki dirinya sendiri sebagai Profesor, Sigmund. Namun lama-kelamaan, klien-klien Sigmund mulai merasa kentang alias kena tanggung, karena sebenarnya, alat tsb jauh dari apa yang mereka harapkan dari sebuah alat bantu sex dan memang, secara keseluruhan alat tsb benar-benar ga menyerupai vagina.

 

Sampai pada akhirnya, Sigmund mengambil inisiative untuk melanglang buana mengitari galaksi dan tata surya demi menemukan mahkluk yang memiliki alat kelamin seperti sang ratu, sebagai referensi pembuatan alat bantu sex, atau mungkin menciptakan replikasinya, karena tak mungkin ia meminta sang ratu untuk memperlihatkan kemaluannya.

 

Berminggu-minggu Sigmund melanglang buana menyusuri (planet) Neptunus, Uranus, Saturnus, Mars bahkan Namek telah disinggahinya, namun ia tak juga menemukan apa-apa selain bebatuan dan padang yang tandus, sampai akhirnya dari jarak yang cukup jauh, ia melihat sebuah planet berwarna biru samar.

 

Bibir Frued mulai tersenyum sumringah, karena semakin ia mendekati planet tsb, semakin jelas terlihat adanya kehidupan di sana.

 

Namun adalah tolol bila dia langsung mendaratkan kendaraan super duper canggihnya di daratan planet tsb, beberapa saat ia mengapung dari permukaan, sambil memantau dengan computer super jeninusnya untuk menganalisa struktur dan tetek bangek lainnya tentang planet yang tak lain dan tak bukan adalah bumi. EARTH !!

 

Seperempat jam berlalu, ia berfikir keras bagaimana caranya agar bisa menjejakan kakinya di bumi dan menculik mahkluk di planet tsb yang memiliki kelamin betina tanpa memicu kehebohan, karena menurut komputer-nya, mahkluk bumi tercatat sebagai mahkluk paling lebay.

 

Tiba-tiba saja, ia menjentikkan jarinya sambil tersenyum seperti baru saja memecahkan sebuah rumus yang rumit. Sembilan jarinya mulai mengetik cepat pada keybord di depannya sementara bibirnya masih saja tersenyum penuh misteri.

 

Selesai dengan pengetikannya, ia bertelak pinggang sambil menegakan punggungnya yang lelah membungkuk, masih dengan senyum dan tatapan tajamnya pada screen monitor yang mulai menunjukan tanda-tanda akan adanya perubahan transformasi dari sebuah UFO menjadi …

 

_______

 

Sementara di bumi ..

 

Entah apa yang di pikirkannya, namun wajah cantiknya jelas-jelas menggambarkan kegundahan hati. Setengah jam berlalu, perempuan berwajah sendu itu cuma berdiam diri sambil memandang kearah luar jendela kamar hotelnya, sebuah jendela yang menyuguhkan pemandangan dari lantai 10 tentang gemerlap kehidupan pusat Jakarta di malam ini dengan gerimis yang makin mengesankan betapa dinginnya di luar sana. Bulir-bulir gerimis yang di sisakan hujan sore tadi masih membuat orang-orang yang berlalu lalang melindungi kepala mereka dengan payung, meski ada beberapa yang nekat basah-basahan, juga tentang dua sejoli yang tengah berjalan mesra di bawah rintikan gerimis sambil menutupi kepala mereka dengan selembar jaket.

 

Sejurus kemudian, perempuan muda itu memalingkan pandangnya. Mata cantiknya memancar teduh, menyisir pandang ke sekeliling kamar yang di dominasi warna hitam dan merah marun dengan dekorasi yang mengedepankan nuansa romantic glamour dengan penempatan atau tata letak barang yang menciptakan harmonisasi yang memanjakan indra penglihatan, sepertinya, sang penata mencoba mendeskripsikan cinta ke dalam dimensi sebuah ruang.

 

Namun tiba-tiba aja mimik wajahnya berubah serius, dia seperti sedang memikirkan sebuah rencana .. berfikir dan berfikir .. ga lama kemudian ia menjentikan jarinya di susul seutas senyum pada bibirnya yang merah mengkilap basah.

 

Ia segera bergegas dan meninggalkan kamar yang sejam lalu di booking seorang pria yang hendak menidurinya. Tak sampai seperempat jam ia sudah berada di jalan raya seorang diri dalam Honda Civic kesayangannya. Dengan kecepatan rata-rata 70 km/jam, ia menembus jalanan Jakarta yang saat itu sudah lenggang karena gerimis sudah menjadi hujan yang deras.

 

Namun naas baginya, di tengah pelarian, ban kiri belakangnya bocor dan mau tak mau di harus menghentikan laju kendaraannya. Setelah memepetkan mobilnya pada trotoar, ia segera turun dan mengganti sendiri ban mobilnya di tengah lebatnya hujan. Susah payah ia melakukannya sampai akhirnya ada seorang supir taksi yang mau berbaik hati membantu melepas bannya yang bocor di saat seperti ini.

 

Tapi ternyata supir taksi itu punya maksud terselubung, begitu dilihatnya lengah, supir taksi bertubuh tegap itu malah membekap wajah si cantik dengan kain yang sudah di bubuhi bius, seketika si cantik pun semaput.

 

Tanpa membuang-buang waktu, supir taksi segera membopong si cantik ke dalam taksinya, membaringkannya di jok belakang tanpa perlu was-was karena ia tahu, tak ada seorang manusia pun di lokasi tsb.

 

Sejurus kemudian taksi itu pun melaju sekencang-kencangnya menuju jalanan yang sekiranya aman untuk melakukan transformasi dari sebuah taksi menjadi kendaraan super duper canggih yang mampu melintas antarplanet.

 

” huahahahaha … ” teriak Sigmund kegirangan, setelah berhasil mentransformasikan taksi gembel-nya kembali menjadi UFO super keren yang kemudian bergerak dengan kecepatan penuh melesat menembus lapisan ozon.

 

Betapa senangnya hati Sigmund, karena akhirnya dia berhasil menemukan dan membawa pulang mahkluk yang memiliki kelamin seperti sang ratu, tanpa menyadari bahwa korban penculikannya adalah pemeran Ayu dalam drama korea berjudul Sarangsange, Revalina Sayuti Temat.

 

Selama perjalanan menuju planetnya Sigmund tak henti-hentinya bersiul dan bernyanyi bahkan sempat-sempatnya dia ber-gangnam style ketika pesawatnya nyaris menabrak meteroid.

 

Sesampainya di planet kelahirannya, Sigmund langsung mengarahkan kendali pesawat ke halaman rumahnya dan menerobos hangar pesawatnya tanpa mempedulikan kalau gerbangnya belum membuka sempurna. Tanpa perlu seremonial atau sujud syukur, Sigmund, Elf dengan tinggi badan 170 cm itu segera membopong si cantik ke dalam lab-nya.

 

Di letakannya tubuh manusia bumi tsb di atas ranjang dalam laboratoriumnya, tubuh yang masih mengenakan pakaian lengkap (t-shirt putih merek Zarra, rok mini berbahan jeans dan boots sexy berwarna coklat gelap). Sejurus kemudian Sigmund segera menyiapkan beberapa utas tali, lalu mengikat kedua kaki dan tangan korban, juga tak lupa ia membungkam mulut mungil si korban dengan sehelai kain.

 

Kini, jantung Sigmund benar-benar berdegup kencang ga beraturan, tak percaya dengan apa yang di dapatnya. Ia pun mulai memberanikan diri menyentuh selangkangan dara manis kelahiran Jakarta 26 tahun silam yang masih terbungkus rapih celana dalam berwarna beige.

 

Namun telak bagi Sigmund, belum sempat ia menyentuh bagian tsb, Reva keburu sadar dari pingsannya.

 

Reva meronta-ronta minta di lepaskan tapi apa daya, ikatan tali pada lengan dan kakinya begitu kencang, begitu erat.

 

Sigmund mendadak bingung dan kikuk, ia pun segera meminta maaf pada Reva dan mencoba menjelaskan maksudnya, namun percuma karena Reva tak mengerti omongannya. Sampai akhirnya Sigmund teringat pada sebuah permen yang di ciptakannya sendiri, sebuah permen yang jika di makan akan membuat si pemakannya memiliki kemampuan berbicara dan mengerti bahasa yang di inginkannya.

 

” tenang .. tenang .. !! saya tidak akan menyakitimu ” ucap Sigmund pada Reva setelah memakan permen ajaibnya.

 

Kemudian Sigmund mencoba menjelaskan dan memberitahu Reva yang masih terikat tak berdaya, tentang di mana keberadaannya kini. Namun sang Reva tidak mempercayainya begitu saja, hingga akhirnya Elf berwajah tampan tsb nekat mengajak Reva mengelilingi planetnya dengan UFO-nya agar si cantik mempercayainya.

 

Selama perjalanan ‘bertamasya’ mengelilingi planet Elfmund, Reva benar-benar tak percaya dangan apa yang dilihatnya, bahkan beberapa kali ia menampar pipinya sendiri, memastikan bahwa ia tak sedang bermimpi. Di lihatnya sendiri Pepohonan tinggi besar dengan ranting-ranting yang menjuntai menyentuh tanah berisikan buah-buahan yang segar dan ranum, panorama sebuah air terjun yang begitu menakjubkan dengan pelangi yang memiliki seribu warna dan pesona alam lainnya, juga kecanggihan segala fasilitas yang tak pernah di lihatnya. Inilah perpaduan antara teknologi masa depan dan keunikan alam fantasi yang hanya ada di Elfmund planet. Namun ada satu hal yang membuat si cantik bingung dan geli sendiri, Bangsa Elf mampu menciptakan dan mengembangkan teknologi secanggih ini dengan masih menjaga kelestarian alam dan ekosistem lainnya, namun mereka semua tak mengenal yang namanya aurat, penis-penis mereka bergelantungan bebas ketika bekerja atau melakukan aktifitas lainnya, sama seperti Elf yang menculik Reva, Sigmund.

 

Apa mungkin karena mereka semua berjenis kelamin yang sama, jadi tak perlu menutupi apa yang di namakan dengan ‘persetan’ aurat ?! entahlah .. hanya Sigmund dan famili-nya yang tahu ..

 

Setelah beberapa saat mengajak Reva mengitari bumi sambil menjelaskan maksud penculikannya, Sigmund kembali membawa Reva ke rumahnya

Mati-matian Sigmund membujuk Reva agar mau membantunya membuat alat bantu sex, hingga akhirnya si cantik pun mengabulkan permintaan Sigmund lantaran ga tega melihat mimik wajah Sigmund yang begitu memelas sampai-sampai sudi menjilati boots-nya. Meski malu-malu, dengan sukarela Reva pun mulai beranjak menaiki ranjang dalam ruang laboratorium tsb lalu melepas celana dalamnya.

 

Sejurus kemudian si cantik mulai merebahkan kepalanya pada bantalan yang telah di siapkan Sigmund dan membiarkan Elf tsb membuka sepasang pahanya yang mulus.

 

Detik itu juga penis Sigmund menegang tak terkira mendapati pemandangan “mengerikan” tepat di depannya, yang tak lain adalah selangkangan sesosok mahkluk yang memliki kelamin seperti sang ratu. Namun yang satu ini berbeda, rapat dengan bulu yang ga terlalu lebat.

 

Sigmund mulai memberanikan diri untuk membungkukan badannya setelah yakin bahwa sang d0natur (jadi d0natur HANYA melalui admin, BUKAN lewat staff lain) ikhlas membantunya, kemudian mengendus menciumi aroma dari selangkangan Reva yang di tumbuhi beberapa lembar bulu-bulu genit. Setelah menciuminya dan menghafalkan aromanya, Sigmund mulai menyentuh bagian berbelah tsb. Di sibakkannya beberapa helai jembut Reva lalu menatap lekat-lekat permukaan vagina si cantik.

 

Beberapa menit menganalisis bagian luarnya sambil menempelkan stetoskop yang terhubung pada kuping lancipnya, Sigmund berlanjut pada bagian sebelah dalam.

 

Di tusukannya pelan telunjuk yang telah di olesi sejenis minyak ke dalam liang persenggamaan Reva lalu mendiamkannya sejenak, sesekali ia mengobelnya pelan mengenali tekstur di dalamnya. Tak lama kemudian Sigmund pun mengangguk-anggukan kepalanya, seperti menemukan dan mengerti suatu hal tanpa menyadari, bahwa si empunya memek jadi horny dengan perlakuannya itu. Puas “berkenalan” Sigmund pun mencabut telunjuknya dari memek si cantik.

 

Timbul keinginan untuk menganalisis bagian yang baru saja di kobelnya, Sigmund meraih sebuah alat kedokteran bernama Speculum lalu mulai memasukannya ke dalam vagina Reva, tentu saja setelah melumurinya dengan pelumas yang sama.

 

Setelah speculum masuk dengan sempurna, dengan hati-hati Sigmund menarik tuasnya, hingga bagian ujung alat tsb yang menyerupai gunting, mendongkrak pelan belahan vagina si cantik, memeperlihatkan bagian dalamnya secara gamblang.

 

Kini, dengan speculum, Sigmund bisa melihat bagian dalam vagina Reva. Segera saja ia mengambil ballpoint dan alat pengukur khusus berukuran mini. Dan dengan alat pengukur tsb, ia mulai mengukur jarak antara “instrument-instrument” di dalamnya, seperti klitoris, lubang urinior dan liang peranakan, tak lupa juga Sigmund mengukur berapa jarak antara anus dan vagina mahkluk bumi tsb. Selesai melakukan penggukuran dan mencatatnya pada whiteboard, Sigmund tak segera mencabut alat yang mendongkrak vagina Reva, ia masih ingin mempelajarinya lebih lanjut dan terperinci.

 

Beberapa setelah itu, Elf jenius yang menganggap dirinya sebagai profesor, beranjak ke ruang sebelah lalu kembali dengan sebilah alat menyerupai penis namun terbuat dari kaca, di lengkap microcamera di dalamnya yang terhubung secara langsung dengan komputer tanpa bantuan kabel. Setelah mengecek alat tsb, Sigmund mulai menusukan alat tsb ke dalam vagina sang Reva lalu berhenti pada kedalaman 1 cm. Beberapa saat Sigmund memperhatikan screen monitornya yang menunjukan tentang bagian dalam vagina. Lalu menusukannya lagi dan

lagi namun berhenti per 1 cm, hingga ujung alat tsb menyentuh mulut rahim sang d0natur (jadi d0natur HANYA melalui admin, BUKAN lewat staff lain).

 

Ada sekitar 5 menitan Sigmund mempelajari bagian tsb dari gambar yang di tampilkan oleh layar komputer, sementara sang d0natur (jadi d0natur HANYA melalui admin, BUKAN lewat staff lain) berusaha tetap tenang, karena kegiatan Sigmund tsb mulai menaikan libido-nya.

 

Berkali-kali Sigmund menarik ulur alat edan tsb sambil terus mengamati screen monitornya. Sesaat kemudian, profesor muda itu menolehkan wajahnya ke arah Reva dan mendapati mata cantik wanita tsb sedang terpejam sembari menjilat pelan bibirnya, seperti sedang enjoy merasakan sesuatu.

 

Sigmund menangkap sesuatu dalam pikirannya, ia mengerti apa yang di rasakan Reva. Ia pun menyengaja memelintir alat dalam genggamannya tsb sambil tetap menggerakannya keluar masuk secara perlahan.

 

Ia tersenyum mendengar Reva mendesis dan mulai menggeliat kegelian. Sigmund makin kurang ajar, dengan terus menerus membuat dara manis tsb makin kelojotan. Sementara Reva, sesekali membuka tipis kelopak matanya, memantau apa yang di kerjakan Sigmund pada lubang ngewe-nya.

 

Seakan kurang dengan apa yang di lakukan Sigmund , Reva merayapkan sendiri lengannya ke dalam t-shirt putihnya lalu berhenti di atas ujung payudara dan mulai meremasnya pelan. Pelan dan pelan ..

 

Sigmund makin serius dengan apa yang di kerjakannya setelah mengetahui dinding dalam veggi Reva mulai merembes mengeluarkan pelumas alami. Ia pun mempercepat pergerakannya, sampai menimbulkan suara becek dari dalamnya.

” oooohhhh … iiiiiggghhhhhhh … sssssccchhhhhhhhh … ooouuuuffffffhhhhhhh … aaAAAAGGGGgggghh ” beragam desahan Reva mulai terdengar, menandakan bahwa ia makin tak kuasa di ‘coli-in’.

 

Sementara satu tangannya masih meremas payudaranya sendiri, satunya lagi mencengkram erat tepian ranjang seperti hendak meremukannya.

 

Sigmund makin membungkukan badannya, mendekatkan wajahnya pada vagina yang sedang berkontraksi tinggi sementara lengannya terus bekerja dengan giat, tanpa mempedulikan lagi gambar yang di tunjukkan screen monitornya, meski sebenernya dia sedikit kerepotan dengan satu paha Reva yang bergerak-gerak kegelian, mau tak mau, ia menahan paha tsb dengan satu tangannya lagi.

 

Detik ke detik, dari pengamatan menjadi erangan. Si cantik Reva bener-bener ng-fly, merasakan nikmatnya terbang dan tenggelam. Dari alam nyata menuju fantasy, sambil mengoyangkan pinggulnya pelan seakan ingin melumat habis alat yang di sodokkan Sigmund ke dalam mekie-nya, sementara bibir mekie tsb masih menganga, terdongkrak alat bernama speculum.

 

Dinding dalam vagina Reva makin berkedut cepat, tak kuat lagi menahan serangan demi serangan. Sigmund makin gila, sambil terus mengocokan benda jahanamnya, ia mendorong paha sebelah kiri Reva sedangkan lengan kirinya membuka lebar paha mulus Reva yang satunya lagi, sehingga selangkangan Reva benar-benar melebar dan sedikit terangkat karena Sigmund mendorong kuat paha mulus tsb.

 

” aaaaaaaghhhh … aaaaghh . aaghhhhh … fffuuu cckkk .. yyuuuu !! ” lenguhan Reva makin membahana seantero ruang lab yang cuma berukuran 6×8 meter tsb. Bibirnya terbuka lebar dengan wajah yang menengadah tanpa menghentikan goyang pinggulnya.

 

Hingga akhirnya tubuh moleknya pun menggelinjang edan sambil mengempit kedua pahanya kuat-kuat, matanya terpejam begitu erat merasakan desir dan deburan kenikmatan yang meluluhlantakan seluruh persendiannya atau mungkin meremukannya.

 

Sesaat kemudian Reva merasakan tubuhnya seperti meleleh, namun dinding-dinding vaginanya terus saja mengemut benda yang sengaja di jejalkan Sigmund ke dalam veggi-nya. Mata Reva telihat sayu dengan tubuh yang mengkilap lantaran keringat dingin, wajahnya pun memerah menandakan orgasme baru saja memecut keras tubuhnya. Sementara Sigmund, Elf baik hati dan rajin belajar tsb dengan segenap hati mengelap cairan squirtin’ si cantik yang membasahi ranjangnya.

 

Sejurus kemudian Sigmund beranjak dari ruangan tsb lalu kembali membawa segelas air dan memberikannya pada Reva yang di rasanya begitu kelelahan. Seperti terkena dehidrasi tinggi, dara cantik itu meminumnya sampai habis.

 

” mau lagi ?! ” tawar Sigmund tersenyum ramah.

 

” udah cukup ” jawab si cantik Reva di susul sesungging senyum pada bibir tipisnya.

 

Tak lama setelah menaruh gelas, Sigmund pun membereskan semua perabotnya yang berjejalan pada vagina si cantik, tak lupa juga ia me-lap permukaan veggi tsb dengan selembar tissue hingga kering.

 

Setelah veggi Reva kering seperti sedia kala meski lubang ngewe-nya rada melongo sedikit, Sigmund menjulurkan tangannya dengan maksud membantu Reva bangkit dari rebahnya, namun, bukan lengan yang di raih Reva, melainkan penis yang menggelantung di selangkangan profesor muda tsb.

 

Sigmund yang jenius paham apa maksudnya, sambil menatap sepasang mata yang memandangnya, Sigmund bergerak pelan, mendekatkan batang kejantanannya ke wajah Reva dan Reva pun makin mendekatkan paras cantiknya, menyambut sesuatu yang pasti menghampiri mulut mungilnya.

 

Tanpa tedeng aling-aling, Reva yang cantik pun mulai menjulurkan lidahnya, mecicipi ujung penis dari mahkluk yang selama ini di anggapnya cuma ada di dunia maya. Lalu dengan telaten dan sukarela ia mulai menyapu kepala penis Sigmund bahkan kini ia membelitnya, membuat Sigmund harus menghela nafas panjang.

 

Selesai memanasi penis Sigmund, Reva melebarkan lagi pahanya lalu mengusap vaginanya sendiri, menginstruksikan agar Sigmund menjejalinya dengan penis miliknya.

 

Kini Sigmund menyelinapkan tubuhnya ke antara paha yang mengangkang ihklas itu, lalu menarik tubuh Reva agar dekat dengan tubuhnya. Sesaat setelah pencarian posisi, si cantik merapihkan rambut panjangnya yang berantakan lalu mengangkat t-shirt yang di pakainya, memperlihatkan kemilau indah buah dadanya yang baru saja di bebaskan dari kekangan bra berwarna purple, kemudian meminta jasa kesepuluh jari Sigmund untuk meremasnya dan Sigmund yang beruntung pun segera melakukannya dengan begitu lembut, begitu berperasaan.

 

Sementara Sigmund menghayati pemerasaannya, satu lengan Reva meringsek menjemput penis yang sudah siap di pintu ‘surga’. Di genggamnya pasti sekujur batang berurat tsb, sambil mengangkat sedikit punggungnya dan mengangkat lebih tinggi pahanya, Reva mulai menusukan ujung penis Sigmund pada lubang destinasi sesaat sebelumnya menyinggahi kelentit.

 

Begitu kepala penis tsb menyumpal mekie nya, Reva melepaskan genggamannya lalu mencengkram pinggang sang profesor dengan kedua tangannya. Sambil menikmati remasan lembut pada toket-nya Reva memejamkan mata dan menarik pinggang Sigmund membuat kepala penis pada mulut vaginanya melesak lebih dalam.

 

” ssssssssssscccchhhh … ” Reva mendesis menikmati sesenti demi sesenti batang penis yang menyeruak mesra dinding vaginanya.

 

” ooouuuggghhhh … sssssssccchhh ” Sigmund pun merasakan hal yang sama, ia melenguh sembari meremas kuat sepasang kantung susu di hadapannya.

 

Sigmund yang baru kali ini melakukan hub-sex dengan wanita sungguhan, tak tahu apa yang akan di lakukannya kemudian setelah penisnya melesak utuh ke dalam sesuatu yang lembut mencengkram dengan kehangatan yang menyenangkan.

 

Mendapati pasangannya lugu dengan hal ini, Reva menggoyangkan sendiri pinggulnya tanpa melepaskan cengkraman pada pinggang Sigmund. Sesekali Reva bergoyang memutar mencari sendiri sensasi yang sudah terlanjur membuatnya ..

 

” Ooooouugghhh .. eeemmmgghhhh ” Reva menggigit-gigit kecil bibir bawahnya sambil terus menggoyangkan pinggulnya, erotis.

 

Sigmund yang menyadari keluguannya, mulai percaya diri untuk membungkukkan lagi tubuhnya sembari memasukan putting sebelah kiri Reva ke dalam mulut dan meremas dengan bibir dan lidahnya yang hangat dan lembab.

 

Sang Reva memindahkan pegangannya, dari pinggang Sigmund ke tepian ranjang di kiri-kanannya. Sigmund yang mulai mengerti, kini memberanikan diri menggerakan penisnya keluar masuk dalam liang persenggamaan Reva.

 

” terruuuusshhh .. terus … ssiggg mmunndd .. ouuufffffhhhh ”

 

” iyyaaa begituuu .. di goooyy .. yyang !! ”

 

” lagiiiiii … teruuusshhh ..”

 

” terrrruuuussssss … terruu .. uussssshhhh … cepet dikitt .. !! ”

 

” cepetannnn laagiii … laagiiiiiii … lagiiiiii .. lagiiii .. iiihh … ihhhhh .. ih .ihiiii .. iiiiii ”

 

” aaaaaaaaaaaaggghh AAAAAAAAAAAAAA …. !!! ” Reva yang cerewet selama di entot mahkluk bertelinga panjang itu, akhirnya menemukan lagi orgasme-nya. Namun tidak bagi Sigmund, ia belum mencapai titik penetrasinya.

 

Akhirnya dengan hati yang sudi mau membantu, Reva bangkit menuruni ranjang lalu berlutut menghadap penis berkepala besar milik Sigmund dan ..

 

” sluuuuurrrrpp .. slluuuurrrrrppp .. slurrrrrpp … !! ” Reva dan mulut mungilnya membantu Sigmund mencapai garis finish.

 

Tapi tak perlu waktu lama untuk Reva membantu Elf tsb. Baru beberapa kenyotan, lubang kontie Sigmund langsung meludahi wajah si cantik dengan sejenis cairan berwarna hijau menyala mirip darah alien, namun si cantik tak mempedulikan warna-nya, malah dengan sengaja ia membuka mulut hingga sebagian cairan tsb masuk ke dalam rongga mulutnya.

 

” udah belom ?! ” tanya Reva sejurus kemudian sambil mengumpulkan cairan yang belepotan di bibir dengan lidahnya sendiri lalu memasukan ke dalam mulutnya.

 

Sigmund hanya menganggukan kepalanya, sambil tersenyum menatap Reva dengan pandangan menakjubkan.

 

Reva kemudian berdiri, lalu mengeluarkan cairan dari dalam mulut dan menampungnya pada telapak tangannya yang terbuka. Setelah itu, ia memoleskannya pada permukaan vaginanya sendiri.

 

Sigmund menatap lekat-lekat pemandangan tsb. Baru kali ini ia melihat sesosok mahkluk yang mampu menggerakan sesuatu dalam jiwanya, sementara Reva ia sibuk sendiri dengan vaginanya yang menyala berwarna hijau tanpa menyadari, kelakuannya tsb menumbuhkan benih cinta dalam hati Sigmund.

 

Sigmund mengelus dadanya, ia merasa ada sesuatu yang merasuk ke dalam dirinya, namun sesuatu itu tak nampak.

 

________

 

Tak lama kemudian, di bantu Sigmund, Reva memandikan tubuhnya dalam kamar mandi. Dara cantik itu tampak begitu gembira, senyum riangnya seperti tak habis-habis ia kembangkan.

 

Selesai membersihkan tubuhnya, Sigmund mengajak Reva untuk sejenak berbincang sambil menikmati secangkir teh yang di seduh dengan air susu dari sungai di belakang rumahnya. Dalam perbincangan tsb, Sigmund bertanya pada Reva tentang sesuatu yang menderanya kini, sesuatu yang tak bisa di gambarkan atau di ungkapkan dan Reva menjawab bahwa ia sedang jatuh cinta.

 

” berarti kamu sedang jatuh cinta, cinta pada pandangan pertama ” jawab Reva sembari menowel hidung Sigmund yang mancung. Sesaat setelah menjawabnya, Reva juga mengungkapkan keinginannya untuk tinggal di planet yang hebat ini. Namun Sigmund tak mengijinkannya, sebab hal itu bisa memantik kericuhan dan ga menutup kemungkinan juga hal tsb akan menimbulkan perang saudara.

 

Reva berbesar hati mendengar panjang lebar penjelasan Sigmund dan sambil sesekali melirik kemaluan Sigmund.

 

” saya sudah berjanji pada diri saya sendiri, bahwa saya akan mengembalikanmu setelah mengetahui perihal vagina yang sesungguhnya, karena selama ini saya cuma mendapat informasi mengenai hal itu dari beberapa Elf yang membantu persalinan Ratu kami ” tutur Sigmund dengan mata menerawang ke arah sunset yang terlihat dari jendela rumahnya.

 

Mau tak mau, Reva harus kembali ke planet yang di bencinya dan memupus keinginan untuk tinggal di planet yang di penuhi keajaiban ini dan penis-penis yang bergelantungan bebas. Sementara Sigmund pun merasa hal yang sama, jauh di palung hatinya, Elf tsb ingin terus menerus hidup dengan mahkluk yang memiliki vagina itu, namun tak mungkin.

 

Tapi lebih dari apa yang ia dapatkan tentang vagina dan mencatat pada whiteboard-nya, Sigmund mulai mengerti, kalau ternyata segumpal daging yang bernama hati, bisa di isi oleh sebuah perasaan yang katanya Reva adalah CINTA. Sesuatu yang baru saja di temukan Sigmund dengan hatinya.

 

Bila ia bisa menciptakan replikasi vagina atau alat bantu sex lainnya, tapi untuk yang satu ini … TIDAK. Sigmund menyadari bahwa tak ada satu mahkluk pun yang mampu menciptakan atau memusnahkan perasaan bernama cinta, kecuali cinta itu sendiri.

 

____________

 

Sebentar lagi mereka sampai di bumi, Reva yang duduk di samping sang pilot yang tak lain dan tak bukan adalah Sigmund, heran melihat Sigmund senyam-senyum sendiri.

 

” kenapa kamu senyum-senyum sendiri ?! ”

 

” gapapa .. ” jawab Sigmund singkat. Padahal jauh di lubuk hatinya, Sigmund makin tergelitik dengan apa yang namanya cinta. Cinta tak bisa ditemukan dalam alat bantu sex atau pun dalam vagina sungguhan. Cinta akan datang dengan sendirinya, menyentuh tanpa tangan, merangkul tanpa sayap atau mungkin membunuh tanpa pisau.

 

selidik punya selidik, Reva mengerti apa yang di rasakan Sigmund, mahkluk unik yang cantik ini sedang jatuh cinta padanya. Dan sebagai salam perpisahan, Reva berbisik pada Sigmund untuk sebentar meng-auto pilot-kan UFOnya. Setelah UFO berada pada mode tsb, tanpa basa-basi lagi kedua mahkluk berbeda planet tsb kembali bercinta sebelum UFO tsb mendarat di bumi dan memisahkan Sigmund dengan mahkluk yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.

 

Tolong jempolnya bro :

,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Share

 

PutriBokep

Create Account



Log In Your Account